Bahasa Aceh
Bahasa Aceh | |
---|---|
باس اچيه Bahsa/Basa Acèh | |
Dituturkan di | Indonesia |
Wilayah | Aceh |
Etnis | Suku Aceh |
Penutur bahasa | 3.500.000 (2000)[1] (tidak tercantum tanggal) |
Kode bahasa | |
ISO 639-3 | ace |
Bahasa Aceh adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh suku Aceh yang terdapat di wilayah pesisir, sebagian pedalaman dan sebagian kepulauan di Aceh. Bahasa Aceh termasuk dalam rumpun bahasa Chamic, cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun bahasa Austronesia.
Penggolongan[sunting | sunting sumber]
Bahasa Aceh termasuk dalam kelompok bahasa Chamic, cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa-bahasa yang memiliki kekerabatan terdekat dengan bahasa Aceh adalah bahasa Cham, Roglai, Jarai, Rade dan 6 bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Chamic. Bahasa-bahasa lainnya yang juga berkerabat dengan bahasa Aceh adalah bahasa Melayu dan bahasa Minangkabau.
Persebaran[sunting | sunting sumber]
Bahasa Aceh tersebar terutama di wilayah pesisir Aceh. Bahasa ini dituturkan mulai dari Manyak Payed, Aceh Tamiang di pesisir timur sampai ke Trumon, Aceh Selatan di pesisir barat.
Pantai Timur Aceh[sunting | sunting sumber]
- Kota Sabang
- Banda Aceh
- Aceh Besar
- Pidie
- Pidie Jaya
- Bireuen
- Aceh Utara
- Lhokseumawe
- Aceh Timur (kecuali di 3 kecamatan, Serba Jadi, Peunaron and Simpang Jernih di mana bahasa Gayo dipakai)
- Langsa
- Aceh Tamiang, di kecamatan Manyak Payed
Pantai barat Aceh[sunting | sunting sumber]
- Aceh Jaya
- Aceh Barat
- Nagan Raya
- Aceh Barat Daya (kecuali di kecamatan Susoh di mana bahasa Jamee dituturkan)
- Aceh Selatan (bercampur dengan bahasa Kluet dan bahasa Jamee)
Literatur[sunting | sunting sumber]
Sampai saat ini manuskrip berbahasa Aceh tertua yang dapat ditemukan berasal dari tahun 1069 H (1658/1659 M) yaitu Hikayat Seuma'un.[2]
Sebelum penjajahan Belanda (1873 - 1942), hampir semua literatur berbahasa Aceh berbentuk puisi yang dikenal dengan hikayat. Sedikit sekali yang berbentuk prosa dan salah satunya adalah Kitab Bakeu Meunan yang merupakan terjemahan kitab Qawaa'id al-Islaam.[3]
Setelah kedatangan Belanda barulah muncul karya tulis berbahasa Aceh dalam bentuk prosa yaitu pada tahun 1930-an, seperti Lhee Saboh Nang yang ditulis oleh Aboe Bakar dan De Vries.[4] Setelah itu barulah bermunculan berbagai karya tulis berbentuk prosa namun demikian masih tetap didominasi oleh karya tulis berbentuk hikayat.
Fonologi[sunting | sunting sumber]
Berikut adalah fonem-fonem bahasa Aceh.
Depan | Tengah | Belakang | ||||
---|---|---|---|---|---|---|
mulut | sengau | mulut | sengau | mulut | sengau | |
Tertutup | i | ĩ | ɨ | ɨ̃ | u | ũ |
Tengah tertutup | e | ɛ̃ | ə | ʌ̃ | o | ɔ̃ |
Tengah terbuka | ɛ | ʌ | ɔ | |||
Terbuka | a | ã |
Vokal biasanya berada di pasangan mulut/sengau, meskipun hanya ada tiga vokal sengau pertengahan dan ada vokal oral pertengahan yang jumlahnya dua kali lebih banyak. /ʌ/ tidak benar-benar di tengah, meskipun ditampilkan di sini karena alasan estetika. Demikian pula, /ɨ/ juga ditampilkan sebagai ([ɯ] yang lebih ke belakang.[butuh rujukan] Selain vokal monoftong di atas, bahasa Aceh juga memiliki 5 diftong oral, masing-masing dengan pasangan sengau:[5]
- /iə ɨə uə ɛə ɔə/
- /ĩə ɨ̃ə ũə ɛ̃ə ɔ̃ə/
Bibir | Rongga-gigi | Langit-langit | Langit-langit belakang |
Celah suara | |
---|---|---|---|---|---|
Sengau | m | n | ɲ | ŋ | |
Letup | p b | t d | c ɟ | k g | ʔ |
Desis | s | ʃ | h | ||
Hampiran | w | l | j | ||
Getar | r |
/s/ adalah alveodental laminal. /ʃ/ secara teknis berupa post-alveolar tetapi dikelompokkan dalam kolom langit-langit untuk alasan estetika.
Ejaan[sunting | sunting sumber]
Bahasa Aceh telah mengalami berulang kali perubahan ejaan, mulai penggunaan huruf Arab, huruf Latin ejaan lama, dan sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan. Berikut adalah pedoman ejaannya:[7][8]
- A a
- E e [ə] dibaca seperti huruf /e/ dalam kata "dekat". Contoh: le (banyak).
- EU eu [ɨ] tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Contoh: eu (lihat).
- È è [ɛ] dibaca seperti huruf /e/ dalam kata "bebek". Contoh: pèng (uang), pèh (pukul/tumbuk), dll.
- É é [e] dibaca seperti huruf /e/ dalam kata "kue". Contoh: lé (oleh).
- Ë ë, tidak ditemui padanannya dalam bahasa Indonesia.
- I i
- Ö ö [ʌ] dibaca seperti huruf vokal dasar /ɔ/, tetapi diucapkan dengan mulut terbuka. Contoh: mantöng (masih), böh (buang),
- Ô ô [o] dibaca seperti huruf /o/ dalam kata "soto", "foto", "tato". Contoh: bôh (taruh), sôh (tinju), tôh (mengeluarkan).
- O o [ɔ] dibaca seperti huruf /o/ dalam kata "tolong", "bom". Contoh: boh (buah), soh (kosong), toh (mana)
- U u
Huruf vokal sengau:
- 'A 'a pengucapannya sengau seperti /a/ dalam kata “maaf”; contohnya: 'ap (suap), meu'ah (maaf)
- 'I 'i pengucapannya sengau seperti /i/ dalam kata “angin”; contohnya: ca’ië (laba-laba), kh’iëng (busuk), dll
- 'U 'u pengucapannya sengau; contohnya: meu'uë (bajak),
- 'È 'è pengucapannya sengau seperti /e/ dalam kata “pamer”; contohnya: pa‘è (tokek), meu‘èn (main)
- 'O 'o pengucapannya sengau; contohnya: ma’op (hantu/untuk menakuti anak-anak)
Sistem penulisan[sunting | sunting sumber]
Pada awalnya, bahasa Aceh menggunakan aksara Arab yang disebut dengan "jawoe" atau aksara Jawi dalam bahasa Melayu. Sejak kolonialisasi Belanda, bahasa Aceh menggunakan aksara Latin dengan penambahan huruf é, è, ë, ö, dan ô. Bunyi /ɨ/ dilambangkan oleh "eu" dan bunyi /ʌ/ diwakilkan oleh "ö". Huruf f, q, v, x, dan z hanya digunakan dalam kata serapan.
Grafem | Fonem (IPA) |
Suku kata terbuka | Suku kata tertutup |
---|---|---|---|
a | /a/ | ba /ba/ ‘bawa’ | bak /baʔ/ ‘di, pohon’ |
e | /ə/ | le /lə/ ‘banyak’ | let /lət/ ‘cabut’ |
é | /e/ | baté /bate/ ‘baki pinang’ | baték /bateʔ/ ‘batik’ |
è | /ɛ/ | bè /bɛ/ ‘bau’ | bèk /bɛʔ/ ‘larangan "jangan"’ |
ë | /ə/ | huë /huə/ ‘tarik’ | huëk /huəʔ/ ‘tersedak’ |
eu | /ɯ/ | keu /kɯ/ ‘depan’ | keuh /kɯh/ ‘jadi (seperti, nyan keuh)’ |
i | /i/ | di /di/ 'di, dari' | dit /dit/ 'sedikit' |
o | /ɔ/ | yo /jɔ/ ‘takut’ | yok /jɔʔ/ ‘goyang’ |
ô | /o/ | rô /ro/ ‘tumpah’ | rôh /roh/ ‘masuk’ |
ö | /ʌ/ | pö /pʌ/ ‘terbang’ | pöt /pʌt/ ‘petik’ |
u | /u/ | su /su/ ‘suara’ | sut /sut/ ‘mengeluarkan’ |
Grafem | Fonem (IPA) |
Catatan |
---|---|---|
b | /b/ | |
c | /c/ | |
d | /d/ | |
f | /f/ | Digunakan dalam kata asing; biasanya diganti dengan p (/p/). |
g | /g/ | |
h | /h/ | |
j | /ɟ/ | |
k | /k/, /ʔ/ pada akhir suku kata. | |
l | /l/ | |
m | /m/ | |
mb | /mb/ | |
n | /n/ | |
nd | /nd/ | |
ng | /ŋ/ | |
ngg | /ŋg/ | |
nj | /ɳʲ/ | |
ny | /ɲ/ | |
p | /p/ | |
q | /q, k/ | Digunakan dalam kata asing; biasanya diganti dengan k (/k/). |
r | /r/ | |
s | /s/ | |
sy | /ʃ/ | |
t | /t/ | |
v | /v/ | Digunakan dalam kata asing; biasanya diganti dengan b (/b/). |
w | /w/ | |
x | /ks/ | Digunakan dalam kata asing; biasanya diganti dengan ks (/ks/). |
y | /j/ | |
z | /z/ | Digunakan dalam kata asing. |
Contoh[sunting | sunting sumber]
- Peue haba? = Apa kabar?
- Haba gèt = Kabar baik.
- Lôn piké geutanyoë han meureumpök lé = Saya kira kita takkan bersua lagi.
- Lôn jép ië u muda = Saya minum air kelapa muda.
- Agam ngön inöng = pria dan wanita
- Lôn = saya
- Kah, droë, Gata = kamu, anda
- H'an = tidak
- Na = ada
- Pajôh = makan
- Jih, dijih, gobnyan = dia, dia
- Ceudah that gobnyan. = Tampan sekali dia.
- Lôn meu'en bhan bak blang thô. = Saya bermain bola di sawah kering.
Galeri[sunting | sunting sumber]
Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]
- ^ Ethnologue
- ^ Durie, Mark. 1996. Framing the Acehnese Text: Language Choice and Discourse Structures in Aceh
- ^ Hikayat Aceh Telah Mati
- ^ Thurgood, Graham.2007.The Historical Place of Acehnese:The Known and the Unknown
- ^ a b Al-Harbi & Al-Ahmadi (2003)
- ^ Al-Harbi & Al-Ahmadi (2003)
- ^ Ejaan Bahasa Aceh
- ^ Standar penulisan bahasa Aceh yang ditetapkan pemerintah Indonesia
- ^ Omniglot
- ^ Omniglot
Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]
- Al-Harbi, Awwad Ahmad Al-Ahmadi (1991). "Arabic Loanwords in Acehnese". Dalam Bernard Comrie; Mushira Eid. Perspectives on Arabic Linguistics: Papers from the Annual Symposium on Arabic Linguistics. Volume III: Salt Lake City, Utah 1989. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. ISBN 9789027277893.
- Al-Harbi, Awwad Ahmad Al-Ahmadi (2003). "Acehnese Coda Condition: An Optimality-Theoretic Account". Umm Al-Qura University Journal of Educational and Social Sciences and Humanities. 15 (1): 9–28.
- Asyik, Abdul Gani (1982). "The Agreement System in Acehnese" (PDF). Mon–Khmer Studies. 11: 1–33.
- Asyik, Abdul Gani (1987). A Contextual Grammar of Acehnese sentences (PhD). University of Michigan. https://www.researchgate.net/publication/34661847_A_contextual_grammar_of_Acehnese_sentences.
- Aziz, Zulfadli A. (2014). A Sociolinguistic Investigation of Acehnese with a Focus on West Acehnese: A stigmatised dialect. (PhD). University of Adelaide. https://digital.library.adelaide.edu.au/dspace/handle/2440/92352.
- Daud, Bukhari (1997). Writing and Reciting Acehnese: Perspectives on Language and Literature in Aceh (PhD). University of Melbourne.
- Daud, Bukhari; Durie, Mark (1999). Kamus Basa Acèh, Kamus Bahasa Aceh : Acehnese-Indonesian-English Thesaurus (PDF). Pacific Linguistics. C151. Canberra: Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University. ISBN 9780858835061.
- Durie, Mark (1985a). A Grammar of Acehnese: On the Basis of a Dialect of North Aceh. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. 112. Dordrecht, Belanda dan Cinnaminson, AS: Foris Publications. ISBN 9067650749.
- Durie, Mark (1985b). "Control and Decontrol in Acehnese". Australian Journal of Linguistics. 5 (1): 43–53. doi:10.1080/07268608508599335.
- Durie, Mark (1987). "Grammatical Relations in Acehnese". Studies in Language. 11 (2): 365–399. doi:10.1075/sl.11.2.05dur.
- Durie, Mark (1988). "The So-Called Passive of Acehnese". Language. 64 (1): 104–113. JSTOR 414788.
- Durie, Mark (1990). "Proto-Chamic and Acehnese Mid Vowels: Towards Proto-Aceh-Chamic". Bulletin of the School of Oriental and African Studies. 53 (1): 100–114. JSTOR 618972.
- Durie, Mark (1995). "Acehnese". Dalam Darrel T. Tryon. Comparative Austronesian Dictionary: An Introduction to Austronesian Studies. Part 1: Fascicle 1. Trends in Linguistics. Documentation. 10. Berlin: De Gruyter Mouton. hlm. 407–420. ISBN 9783110884012.
- Durie, Mark (1996). "Framing the Acehnese Text: Language Choice and Discourse Structures in Aceh". Oceanic Linguistics. 35 (1): 113–137. JSTOR 3623033.
- Lawler, John M. (1977). "A Agrees with B in Achenese: A Problem for Relational Grammar". Dalam Peter Cole; Jerrold M. Sadock. Grammatical Relations. Syntax and Semantics. 8. New York: Academic Press. hlm. 219–48. doi:10.1163/9789004368866_010.
- Lawler, John M. (1988). "On the Questions of Acehnese 'Passive'". 64 (1): 114–117. doi:10.2307/414789.
- Legate, Julie Anne (2012). "Subjects in Acehnese and the Nature of the Passive". Language. 88 (3): 495–525. doi:10.1353/lan.2012.0069.
- Legate, Julie Anne (2014). Voice and V: Lessons from Acehnese. Cambridge: MIT Press. ISBN 9780262526609.
- Pillai, Stefanie; Yusuf, Yunisrina Qismullah (2012). "An Instrumental Analysis of Acehnese Oral Vowels". Language and Linguistics. 13 (6): 1029–1050.
- Sidwell, Paul (2005). "Acehnese and the Aceh-Chamic language family" (PDF). Dalam Anthony Grant; Paul Sidwell. Chamic and Beyond: Studies in Mainland Austronesian Languages. Pacific Linguistics. 569. Pacific Linguistics, The Australian National University. hlm. 211–246.
- Sidwell, Paul (2006). "Dating the Separation of Acehnese and Chamic by Etymological Analysis of the Aceh-Chamic Lexicon". Mon-Khmer Studies. 36: 187–206. doi:10.15144/MKSJ-36.187.
- Sidwell, Paul (2010). "What Can the Mon-Khmer Lexical Borrowings in Acehnese Tell Us?". Dalam John Bowden; Nikolaus P. Himmelmann; Malcolm Ross. A Journey Through Austronesian and Papuan Linguistic and Cultural Space: Papers in Honour of Andrew K. Pawley. Pacific Linguistics. 615. Pacific Linguistics, The Australian National University. hlm. 271–282. doi:10.15144/PL-615.271.
- Stokhof, W. A. L. (1988). "A Modern Grammar of Acehnese: Some Critical Observations". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 144 (2/3): 323–350. JSTOR 27863951.
- Stokhof, W. A. L. (1992). "On Nasality in Acehnese". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 148 (2): 247–261. JSTOR 27864352.
- Thurgood, Graham (2007). The Historical Place of Acehnese: The Known and the Unknown. First International Conference of Aceh and Indian Ocean Studies. Banda Aceh.
- Yusuf, Yunisrina Qismullah; Pillai, Stefanie (2016). "An Instrumental Study of Oral Vowels in the Kedah Variety of Acehnese". Language Sciences. 54: 14–25. doi:10.1016/j.langsci.2015.09.001.
- Yusuf, Yunisrina Qismullah; Pillai, Stefanie; Ali, Najwa Tgk. Armia Mohd. (2013). "Speaking Acehnese in Malaysia". Language & Communication. 33 (1): 50–60. doi:10.1016/j.langcom.2012.08.004.
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
Wikipedia juga mempunyai edisi Bahasa Aceh |
Lihat informasi mengenai bahasa aceh di Wiktionary. |
- (Inggris) Bahasa Aceh di Ethnologue
- (Indonesia) Portal Belajar Bahasa Aceh
- (Indonesia) Belajar Bahasa Aceh