Marxisme, atau Sosialisme Ilmiah, adalah sebutan untuk seperangkat gagasan yang pertama dirumuskan oleh Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Secara keseluruhan, gagasan-gagasan ini menyediakan dasar teoritis yang sudah lengkap dijabarkan untuk perjuangan kelas pekerja untuk mencapai bentuk masyarakat yang lebih agung - sosialisme.

Sepuluh tahun setelah krisis finansial 2008 yang mengguncang dunia secara ekonomi, sosial dan politik, dunia telah berubah dan hampir-hampir rupanya tak bisa kita kenali lagi. Dunia telah terjungkir balik. Semua yang tampaknya kokoh ternyata kopong, dan roboh begitu saja ketika terhempas angin perubahan yang semakin hari hembusannya semakin kencang. Inilah dunia yang sedang kita masuki hari ini. Dari sekelumit peristiwa politik yang tampaknya kacau balau ini, yang di permukaan tampak simpang siur tanpa makna, kita harus menemukan benang merah yang mengikat semuanya. Hanya dengan demikian kita bisa menemukan tempat kita di dalamnya dan memformulasi program kerja yang tepat dan terarah untuk mengubah dunia, karena seperti kata Karl Marx: “Para filsuf hanya menafsir dunia dalam berbagai cara; akan tetapi persoalannya adalah mengubahnya.”

Dua puluh tahun yang lalu, pada 21 Mei 1998, rejim Orde Baru tumbang dengan lengsernya Soeharto setelah diguncang oleh gerakan massa. Berikut adalah artikel analisa yang ditulis oleh Alan Woods dan Ted Grant pada 22 Mei 1998. Kami terbitkan ulang artikel ini sebagai bagian dari pelajaran yang harus dipetik oleh gerakan buruh 20 tahun setelah Reformasi 98, yakni untuk hanya percaya pada kekuatan kelasnya sendiri, dan tidak bersandar atau mendukung kaum borjuasi demokrat.

May Day tahun ini memasuki usianya yang ke-128 dan juga menandai 20 tahun reformasi Indonesia. Saat itu kaum buruh bersama kaum muda, mahasiswa dan elemen tertindas lainnya turun ke jalan menuntut rezim otoriter Orde Baru untuk mundur. Bersamaan dengan gelombang krisis ekonomi tahun 1998 yang melanda Asia, Orde Baru yang selama 32 tahun berkuasa akhirnya tumbang. Angin segar demokrasi mulai berhembus dan mengubah situasi menjadi lebih terbuka.

Di musim semi Lenin akhirnya berhasil menggelar sekolah partai di dua ruang kecil yang disewa dari seorang pekerja kulit di desa Longjumeau di Paris. Tujuannya adalah untuk menekankan pentingnya teori bagi pembangunan kader. Lenin terutama berharap supaya buruh yang berhubungan dengan massa dikirim oleh komite-komite lokal untuk menghadiri sekolah partai. Tentu saja ada sekolah-sekolah partai lainnya di Capri dan Bologna, tetapi sekolah-sekolah ini didominasi oleh pendukung Bogdanov, dan jelas kalau sekolah di Longjumeau diorganisir Lenin sebagai tandingan. Lenin mendedikasikan seluruh jiwanya untuk sekolah ini, mempersiapkan kuliah-kuliahnya dengan sangat cermat. Dia memberi total 45 kuliah mengenai ekonomi politik, masalah agraria, dan teori dan praktek sosialisme. Zinoviev dan Kamenev memberi kuliah mengenai sejarah partai. Kuliah-kuliah lainnya diberi oleh Charles Rappaport dan Inessa Armand. Di antara murid sekolah ini adalah seorang buruh muda dari Kiev yang tidak dikenal oleh siapapun, Andrei Malinovsky, yang adalah seorang intel, yang melaporkan setiap aspek sekolah ini ke Biro Okhrana di Paris. Herannya, Malinovsky ini tidak ada relasi dengan Roman Malinovsky [agen polisi rahasia yang berhasil menyusup menjadi anggota Komite Pusat Bolshevik].

Menshevik t1 Trotsky membayangkan kalau dia mampu menyatukan kaum Bolshevik dan kaum Menshevik, atau lebih tepatnya, tendensi sayap kiri dalam Menshevisme, khususnya yang diwakili oleh Martov. Dia tidak sendirian dalam berpikir demikian. Lenin sendiri lebih dari sekali menginginkan persatuan dengan Martov, yang kualitas pribadi dan politiknya selalu dia akui.

Pada hari Rabu minggu lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa dia akan secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Pernyataan ini mengungkapkan watak sesungguhnya dari apa-yang-disebut negosiasi perdamaian Israel-Palestina selama ini. Dalam sebuah pidato di Gedung Putih, Trump mengatakan: “Saya telah memutuskan bahwa sudah saatnya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibukota Israel.”

Memperingati 100 Tahun Revolusi Oktober 1917, Militan Indonesia menggelar bedah buku Bolshevisme, Jalan Menuju Revolusi. Bertempat di perpustakaan C20, acara berlangsung ramai dan penuh antusias. Sekitar 25 orang hadir dalam diskusi ini. Banyak dari mereka adalah kaum muda dan kaum buruh yang datang dari luar kota Surabaya. Ada yang datang dari Malang, Pasuruan, Gresik dan Lamongan.

Satu abad yang lalu satu peristiwa besar mengguncang dunia. “Kaum buruh dan Bolshevik merebut kekuasaan,” begitu kira-kira tajuk yang menghiasi hampir semua koran di seluruh dunia. Kaum kapitalis terhenyak. Untuk pertama kalinya mereka saksikan sebuah peristiwa yang tak pernah mereka bayangkan dapat terjadi: buruh dan tani menumbangkan kapitalisme! Konkretnya, kekeramatan dari kepemilikan pribadi kaum kapitalis dan tuan tanah dilanggar. Pabrik disita untuk buruh, dan tanah disita untuk petani.