“Kamu tahu satu hal yang menyedihkan tentang pengkhianatan? Karena pengkhianatan biasanya dilakukan bukan oleh musuh kita sendiri.” -anonim
snitch: Seorang pengadu. (Dalam konteks ini mengadu dan memberikan informasi kepada pihak kepolisian)
Achmad Azwar Darmawan adalah salah satu dari orang-orang yang tertangkap akibat kasus M1 2018 (singkatan tanggal 1 Mei: May Day) di Yogyakarta. Dirinya sendiri dan tiga orang lainnya ditangkap pada saat melakukan pelarian di Bogor, mereka dituduh sebagai penulis kalimat anti-monarki yang membuat gusar banyak pihak. Tetapi yang di tetapkan sebagai tersangka hanya dua orang termasuk Achmad Azwar Darmawan (Azwar) sedangkan dua orang lainnya dibebaskan. Perlu dijelaskan bahwa kesepakatan pelarian dan lebih khususnya terkait aksi M1 di Yogyakarta dilakukan berdasarkan kesadaran individu maupun afinitias atau kelompok yang dimana masing-masing partisipan aksi dipercaya untuk mengemban prinsip bahwa keputusan aksi tersebut merupakan kesepakatan bersama (baca: tanpa pemimpin).
Kesepakatan di antara para partisipan M1, khususnya yang memakai pakaian hitam-hitam, sungguh berbeda dengan kaum kiri ataupun kelompok otoritarian lainnya yang biasanya digerakkan oleh partai atau komando sentral tertentu yang bersifat hirarkis. Tidak ada aktor intelektual atau seperti apa yang disebut dan dituding oleh saudara Azwar perihal siapa yang menyuruh dan membuat inisiatif.
Azwar sendiri telah terlibat banyak dalam pengorganisiran selama beberapa tahun di Yogyakarta terkait penolakan NYIA (New Yogyakarta International Airport) dan Perpustakaan Jalanan Yogyakarta. Menurut kami dia telah memiliki pengalaman ataupun pemahaman cukup perihal keputusan yang ia buat dan aksi yang ia lakukan. Namun kabar buruknya adalah, setelah beberapa kawan berhasil mengakses BAP (Berita Acara Pemeriksaan) saudara Azwar, didapatkan bukti-bukti bahwa Azwar sangat kooperatif dengan pihak kepolisian dan penyidik hingga ke taraf menyebutkan kawan-kawan, nama, dan bahkan lokasi (safehouse). Implikasi yang terdapat di dalam BAP Azwar dapat disimpulkan bahwa ia rela memberikan kebohongan perihal banyak hal dan menuduh orang-orang yang sebenarnya tidak pernah terlibat koordinasi dengan dia ketika M1. Sampai sekarang ini beberapa kawan berusaha memahami apa motif Azwar sebenarnya. Ada yang mengatakan sentimen personal, tapi ini juga masih merupakan asumsi. Namun satu hal yang pasti adalah, Azwar jelas sekali punya pilihan untuk menyebut dirinya sendiri sebagai seseorang yang mengambil inisiatif dalam mengambil tindakan, tapi justru dia memilih untuk menargetkan orang-orang yang sama sekali tidak berkomunikasi ataupun terlibat bersamanya. Hal ini sudah cukup menerangkan bahwa saudara Azwar dengan begitu pengecutnya tidak mau mengambil tanggung jawab atas aksi yang ia pilih untuk lakukan, tapi lebih memilih untuk menyalahkan dan membeberkan nama-nama kawan lainnya.
Dengan pernyataan ini, kami dengan senang hati membocorkan beberapa hal yang telah Ia katakan kepada pihak kepolisian terkait aksi M1 di Yogyakarta. Tentu saja Azwar telah bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri dan melupakan ide solidaritas ataupun ide untuk menutup mulut terkait jaringan-jaringan kerja yang dibuat, karena akan membahayakan kawan-kawan untuk melakukan jaringan kerja mereka yang lainnya.
Azwar, seorang mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan, dengan jelas telah membuktikan atau menunjukan sifat-sifat “kelas menengah”-nya, seorang wanna-be aktivis yang dipenuhi emblem dan slogan teriakan ACAB (YA, MAKSUDNYA ADALAH SEMUA POLISI ITU BANGSAT), yang ketika tertangkap bersedia untuk bekerjasama dengan pihak kepolisian guna membungkam atau bahkan membuat beberapa kawan-kawan terancam untuk diburu dan di penjara atas kebohongan saudara Azwar.
“Persatuan Kiri = Gulag”
(Di bawah ini merupakan ketikan ulang dari beberapa poin BAP saudara Azwar)
19. Apakah saudara mengetahui rencana molotov yang saudara buat tersebut untuk digunakan apa? Jelaskan!
A: Saya tidak tahu. Saya tahunya hanya meracik saja, sedangkan alasannya tidak tahu. Yang saya tahu sdr ****
20. Saudara menerangkan di atas bahwa yang membuat ide molotov adalah sdr. *** alamat dekat kampus UGM (****Cafe) Yogyakarta, darimanakah saudara mengetahui yang mempunyai ide membuat molotov adalah saudara ***, jelaskan!
A: Benar saya mengetahui yang mempunyai ide molotov adalah sdr *** adalah saya mendengar ada yang bicara yaitu pada saat saya dengan meracik molotov
22. Bagaimana ciri-ciri saudara *** ?
****************************************************** (menjelaskan dengan detil–ed)
23. Coba saudara ceritakan kronologi?
Pada hari selasa 1 Mei 2018 dini hari sayabersama *** menuju rumah kontrakannya Di ************* dengan menggunakan sepeda motor sendiri-sendiri, sesampainya di kontrakan ternyata di ruang tengah sudah banyak orang dan salah satu yang saya kenal ***** beralamat di Sala***, terus saya dan ****i diajak ke kamar belakang dan sampai di kamar belakang sudah banyak botol …….
lalu **** meminta saya untuk meracik buat molotov…..
….Pada saat saya meracik saya mendengar bahwa inisiatif membuat molotov adalah dari sdr. ****
Kemudian pada hari selasa 01 Mei 2019 sekira 13.00 saya bangun tidur dan terus mandi dan sekitar jam 14.00 Wib saya ke UIN Sunan Kalijaga naik Go Jek dan sesampainya di sana demonstrasi sudah dimulai, terus saya mencoba mencari R**** TAPI TIDAK KETEMU.
Tidak lama kemudian saya melihat ada peserta Demo merusak pos polantas yang ada di pertigaan UIN lalu (seorang peserta memnberi saya molotov)* dan saya lempar ke POS lalu lintas.
24. Saudara menerangkan di atas bahwa setelah saudara menyalakan molotov kedua dan lempar ke arah Pos lalu lintas tersebut, kemudian saudara memberi kabar teman-teman Group Whatsapp yang bernama IWD (International Woman Day) lalu saya ketik “MAU CAOS”, apa maksudnya anda mengirim Whatsapp tersebut, jelaskan!
A: Saya hanya bercanda saja di dalam grup.
—
27. Apakah saudara mengetahu tempat tinggal saudara *** dan ***? Jelaskan!
A: Benar saya tidak mengetahui alamat tempat tinggal sdr. *** dan sdr. ***, saya hanya mengetahui alamat kontrakan sdr. **** yaitu di *** C*** *** sedangkan saudara *** saya tidak tahu.
————–
* <—ini digunakan untuk tidak mengungkap kawan-kawan maupun lokasi yang telah disebut oleh saudara Azwar.