For many years, transgender Muslims, often referred to as wadam(combination of Hawa[Eve] and Adam) and bencong (female transgender), have been barred from entering mosques, as their gender was considered inappropriate by the religion.
As human beings and citizens of Indonesia, transgenders should be awarded their right to religious freedom. While they are discriminate against by their religious brothers and sisters, they believe that in the eyes of Allah, the Islamic god, they are no different than everyone else. They hope that their religious community will soon acknowledge their existence and respect their right to practice their chosen religion.
Shinta Ratri, along with other religious minorities that experience the same intolerance, call unto the Indonesian government to take firm action to put an end to these discriminatory acts and violations of human rights.
------------------------------------------------------------------------------------
Pondok Pesantren Al-Fatah didirikan khusus untuk waria di Yogyakarta dengan tujuan agar mereka dapat menjalankan ibadah sebagaimana mestinya. Pondok ini didirikan sejak tahun 2008 oleh Shinta Ratri sebagai wadah untuk saling berbagi sesama waria yang ingin mendalami agama Islam.
Selama ini waria yang beragama Islam selalu diintimidasi jika ingin beribadah di masjid untuk melaksanakan sembayang. Mereka dianggap tidak pantas untuk menjalankan ibadah karena status mereka yang dianggap menyimpang dari ajaran agama. Bagaimanapun, waria termasuk kelompok yang paling sering menerima diskriminasi karena stigma yang melekat pada mereka. Waria punya banyak sebutan, mulai wadam (hawa adam), bencong, transgender perempuan--yang kesemua istilah itu mengategorikan mereka ke dalam kelompok dengan orientasi seksual dan ekspresi gender LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).
Waria mempunyai hak untuk menjalankan agama mereka. Dengan segala ketidaknormalan hidup yang seperti itu, mereka tetap percaya bahwa di mata Tuhan mereka, keberadaan waria dan transgender sama dengan manusia lainnya. Dan mereka selalu berharap, semoga hak-hak mereka sebagai manusia bisa dihormati oleh masyarakat luas tanpa melihat bentuk dan label waria yang melekat pada diri mereka.
