- published: 08 Nov 2016
- views: 16088
Hayam Wuruk, also called (after 1350) Rajasanagara, Pa-ta-na-pa-na-wu, or Bhatara Prabhu, (1334–1389), was a Javanese King from the Rajasa Dynasty and the fourth monarch of the Majapahit Empire. Together with his prime minister Gajah Mada, he reigned the empire at the time of its greatest power. He was preceded by Tribhuwana Wijayatunggadewi and succeeded by his son-in-law Wikramawardhana. Most of the accounts of his life were taken from Nagarakretagama and Pararaton.
According to Nagarakretagama canto 1 stanza 4 and 5 (composed by Mpu Prapanca in 1365), Hayam Wuruk was born in 1256 Saka or correspond to 1334 CE, the same year that Mount Kelud erupted. Prapanca argued that this was the divine sign that Batara Gurunata (Javanese name for Shiva Mahadewa) has manifest Himself on earth, reincarnated as the Javanese king. Also in the same, Gajah Mada declared his oath Sumpah Palapa.
Hayam Wuruk's name can be translated as "scholar rooster". He was the son of Tribhuwana Tunggadewi and Sri Kertawardhana or Cakradhara. His mother was the daughter of Raden Wijaya founder of Majapahit, meanwhile his father was the son of Bhre Tumapel lesser king of Singhasari. Both Pararaton and Nagarakretagama praised Hayam Wuruk as a handsome, bright, talented, and exceptional student in the courtly martial arts of archery and fencing, also mastering politics and scriptures, as well as arts and music. He was known as an accomplished ceremonial dancer in the court. Some accounts tell of Hayam Wuruk's performances in a traditional ceremonial Javanese mask dance. His mother, Queen Tribhuwana, educated and groomed him to become the next monarch of Majapahit.
Terungkap, Kecantikan Dyah Pitaloka Membuat Hayam Wuruk Raja Majapahit Bertekuk Lutut Terungkap, Kecantikan Dyah Pitaloka Membuat Hayam Wuruk Raja Majapahit Bertekuk Lutut Terungkap, Kecantikan Dyah Pitaloka Membuat Hayam Wuruk Raja Majapahit Bertekuk Lutut ---------------------------------------------------------------- INFO BERGERAK Channel ------------------------------------------------ THANKS FOR WATCHING LIKE | SUBSCRIBE | SHARE ツ
Hayam Wuruk, Paduka Bhatara Sri Rajasanagara Hayam Wuruk, Paduka Bhatara Sri Rajasanagara Hayam Wuruk, Paduka Bhatara Sri Rajasanagara Hayam Wuruk, Paduka Bhatara Sri Rajasanagara
Suasana gembira dalam menyongsong pergantian tahun 2016 ke 2017 diwarnai kejadian pengeroyokan oleh massa karena hanya salah faham
NAPAK TILAS PERJALANAN HAYAM WURUK Kabupaten Mojokerto adalah wilayah yang mempunyai banyak obyek wisata budaya yang menarik Di wilayah inilah ditemukan bekas ibukota kerajaan Majapahit, yang merupakan kerajaan besar yang pernah ada di Indonesia Ini adalah gambar pendopo bekas ibukota Majapahit tersebut yang ada di daerah Trowulan, mojokerto Selain pendopo ditemukan juga bekas kolam yang dikenal dengan nama Segaran Untuk memasuki kota majapahit, terdapat pintu gerbang yaitu Wringin Lawang disebelah timur dan bajang Ratu di sebelah barat Dari silsilah raja-raja Majapahit berikut ini, yang tercatat dalam sejarah sebagai raja terbesar adalah Rajasanegara atau Hayam Wuruk 1350 -- 1389 M Menurut Negarakertagama diketahui bahwa, Raja Hayam Wuruk pernah melakukan perjalanan ritual ke L...
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu di Jawa Timur. Kerajaan ini termasuk kerajaan kuno di Indonesia yang berdiri pada tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya (1293 M). Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 yaitu pada masa kekuasaan Hayam Wuruk (1350-1389 M) yang didampingi oleh Patih Gadjah Mada (1331-1364 M). Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di Semenanjung Malaya, Borneo, Sumatera, Bali, dan Filipina. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan untuk membuktikan keberadaan Majapahit adalah Pararaton (“Kitab Raja-Raja”) dalam bahasa Kawi dan Nagarakertagama dalam bahasa...
PRABU HAYAM WURUK dahulu pernah berada di daerah Dk. Balekambang Ds. Tanjung Kec. Ngasem Kab. Kediri. Namun keberadaan tempat itu tertulis Prabu Anom Pangeran Papak. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan masyarakat sekitar dan tidak bisa "KOMUNIKASI" dengan leluhur. R. Andik Sahuri yang mampu berkomunikasi memberikan keterangan bahwa tempat itu adalah petilasan Eyang Prabu Hayam Wuruk Raja Majapahit. Selamat menonton videonya Buka tautan Blog: http://paguyubanmajapahit2.blogspot.com/2013/07/petilasan-raja-hayam-wuruk-2.html http://paguyubanmajapahit2.blogspot.com/2013/07/petilasan-raja-hayam-wuruk.html
Mustika Hayam Wuruk Mustika Hayam Wuruk Nama daripada Produk ini. Mustika Hayam Wuruk berkhasiat Insya Allah untuk Mendatangkan segala karomah untuk mencapai kesuksesan puncak usaha, Kewibawaan Maha Raja sehingga anda akan tampil berwibawa dan banyak orang menuruti perintah anda bagaikan seorang raja, Memudahkan dalam meraih simpati atasan dan bawahan serta masyarakat. Produk Jenis ini bernama Batu Akik Hayam Wuruk Produk jenis ini ditemukan Tahun 1548. Tingkat Kekerasan 6.5-7 Mohs. Ukuran : 39x27x9 milimeter. Jaminan : Dijamin Asli / Bukan Sintetis (Palsu). Garansi : Uang Mahar Kembali jika terbukti Sintetis (Palsu). Gambar : Gambar Foto Asli Tanpa Editan. Stok Produk : 1 buah saja. Asal Usul : Penarikan Gunung Keramat. Keterangan Tambahan : Mustika ini mempunyai pamor yang unik dan lang...
Terjadi pencurian motor pada tanggal 31 Agustus 2015 di jalan hayam wuruk No.98B maphar jakarta Barat. Jam 5.30 ada seorang driver grab datang mengantarkan makanan ke penghuni kost. Jam 5.44 pencuri datang 2 orang membawa Motor honda Beat (warna putih)
Bhre Wirabhumi (Harto Kawel), putra Hayam Wuruk dari selir, menuntut hak sebagai Raja Majapahit yang saat itu diperintah Wikramawardhana (Sirjon De Gaut), menantu Hayam Wuruk. Untuk menandingi Majapahit, Bhre Wirabhumi mendirikan Kerajaan Pamotan dan mencari dukungan dari kerajaan-kerajaan sahabat Majapahit. Brama Kumbara (Fendy Pradana) dari Kerajaan Madangkara mencoba mendamaikan perselisihan ini. Yang terjadi kemudian malah salah paham, hingga utusan Brama terbunuh. Kumbara lalu menyamar sabagai Satria Madangkara dan berhasil membunuh pembunuh utusannya. Celakanya, kekasih pembunuh tadi, Lasmini (Murti Sari Dewi), menuntut balas lagi dengan menculik istri Brama. Konflik-konflik ini memuncak pada Perang Paregreg antara Majapahit dan Pamotan dalam sebuah adegan perang kolosal