JAGAT MAYA - KEYBOARD AKSARA BALI T@MIANG
Repost dari
Harian Kompas Edisi 5 Februari
2015
Ida Bagus Gede Dwidasmara (32) memperagakan aksara
Bali yang diketiknya dengan 10 jari di atas papan ketik komputer.
Satu per satu aksara itu muncul di layar komputernya.
Mudah, kan?
Sama seperti huruf latin, tinggal ketik muncul apa yang ingin dituliskan,” kata dosen Jurusan
Komputer Fakultas
MIPA Universitas
Udayana yang juga anggota Tamiang itu.
Namun, ia pun mengingatkan kata mudah sebenarnya untuk mereka para pengguna yang fasih aksara Bali.
Jika tidak, kata-kata Bali yang diketik dapat berantakan karena salah penggunaan.
Ini bukan sekadar mudah mengetik seperti ”Ini Budi atau Ini Ibu Budi”. Beberapa aksara Bali memiliki kemiripan bentuk seperti angka ”3” dengan aksara ”ongkara”. Ada juga misalnya, penggunaan aksara ”na” dalam satu tuts di papan ketik terdapat empat bentuk.
Karena itu, pembuatan program aksara Bali di papan ketik komputer tidak gampang. Pembuatnya perlu survei dan penelitian sekitar dua bulan.
Berawal dari ide
Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra. Rai
Mantra menginginkan adanya inovasi untuk pelestarian budaya Bali. Ia pun membandingkan huruf kanji Jepang yang masih setia dipakai warganya, termasuk papan ketik komputernya. Apakah kita tidak dapat seperti itu?
19439911Aksara Bali memang mulai sedikit orang, apalagi pelajar yang mahir menulis dan membacanya. Ide pelestarian dan harapan tak ditinggalkan generasi ke generasi, memotivasi tujuh orang di kelompok sains Tamiang dari Jurusan Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas Udayana, yang dimotori Cokorda Rai Adi Pramartha.
Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Komunikasi dan Informatika memberikan tantangan kerja sama dengan Tamiang. Proyek tiga bulan pun dimulai Desember
2013, dengan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) perubahan sekitar Rp
100 juta.
Kutak-katik berlanjut.
Para Tamiang berkonsultasi dengan pakar sastra, di antaranya I Made Suatjana. Ia adalah pelopor program aksara Bali Simbar berbasis
Windows di tahun
1993.
Program Simbar dapat di ketik di layar windows komputer. Namun, papan ketiknya tetap menggunakan huruf latin. Itu perbedaannya dengan Tamiang.
Kerja keras dan semangat pun melahirkan inovasi. ”
Keyboard dan aplikasinya memang belum 100 persen sempurna, tetapi kami bangga bisa mewujudkannya tepat waktu. Tentu saja, kami terus menyempurnakannya,” kata Dwidasmara.
Kesulitan pembuatan program ini di antaranya penyusunan huruf. Apalagi, aksara Bali terdapat lebih dari 100 huruf. Aksara yang tersusun di papan ketik pun masih perlu disesuaikan dengan gerakan 10 jari.
Para anggota Tamiang meneliti sejumlah naskah dan lontar yang menggunakan aksara Bali. Gunanya, mereka ingin mengetahui aksara apa jasa yang sering muncul. ”Ini terkait penyusunan aksara dan kenyamanan jari saat mengetik. Karenanya, kami menyusun seringnya aksara muncul sampai yang jarang muncul,” ujar Dwidasmara.
Tamiang v1.0 merupakan aplikasi yang dibangun dengan bahasa pemrograman
Java, yang dapat dijalankan di semua operating system (multi platform). Aplikasi ini menggunakan standar
ISO 15924. Ini merupakan
ISO standar internasional untuk simbol/karakter bukan latin dan kode untuk aksara Bali (
Balinese Unicode 1B00 – 1B7F).
Program pun selesai tepat waktu. Ini termasuk word yang dipakai karena belum bisa dipakai di semua program. Jadi, Tamiang membuat pula Tamiang Editor (Tamiang Ed). Selesai dan program pun lengkap.
Tepat Februari 2014, Tamiang berhasil mewujudkan aksara Bali pada papan ketik komputer dengan nama Balinese Keyboard. Aplikasinya dinamakan ”T@miang v1.00 – Balinese Keyboard and
Word Processor”.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Denpasar I
Dewa Made Agung, bangga dengan kerja keras Tamiang. Ia berharap aplikasi ini bisa jadi tren di kalangan anak muda.
”Ke depan, kami ingin aplikasi ini bisa diunduh dan dipakai pada smartphone. Jadi, tak hanya di layar komputer saja,” katanya bangga.
Peran
SMK Negeri 1 Denpasar adalah memperbanyak papan ketik komputer. Hingga akhir 2014, sebanyak 10 papan ketik komputer beserta program Tamiang dihibahkan ke 10
SMA negeri dan beberapa swasta di Denpasar. Ini melibatkan Dinas Kebudayaan Denpasar.
Oleh: Ayu Sulistyowati
Sumber: Kompas, 5 Februari 2015