Inilah ceramah paling memukau penuh perjuangan ustads dari bumi cenderawasih irian jaya papua fadlan garamathan terbaru
2015. Usaha keras dan perjuangan yang penuh pengorbanan di lakukan oleh Ustad Fadlan Garamathan dalam dakwahnya untuk menyebarkan ajaran agama islam di tanah papua yang selama ini masih di kenal sebagai suku primitif dengan pakaian tradisional dan dengna tingkat pendidikan serta kesejahteraan masayarakat yang rendah. Bukanlah perkara mudah untuk menyebarkan agama islam di wilayah yang saat ini telah banyak pengikut umat kristen.
Apalai mereka masih sering berperang antar suku.
Akan tetapi ustad Fadlan Garamathan bukanlah dai biasa yang berceramah dari masjid ke masjid di tempat yang aman,
Tapi Fadlan Garamathan merupakan penduduk asli
Irian Jaya yang sudah paham akan karakteristik dari daerah papua sehingga ustad Fadlan Garamathan tau apa yang harus di lakukan dan beliu benar benar merasakan dakwah seperti di jaman Rosululloh
SAW karena kondisi masyarakat yang masih primitif atau mempunyai agama lain.
Pria ini bernama M Zaaf Fadlan
Rabbani Al-Garamatan. asli
Irian, berkulit gelap, berjenggot kemana-mana memilih membalut tubuhnya dengan jubah.
Lahir dari keluarga Muslim, 17 Mei
1969 di Patipi,
Fak-fak, sejak kecil dia sudah belajar
Islam. Ayahnya adalah guru SD, juga guru mengaji di kampungnya. `'
Kami di Irian, khususnya di kampung kami, ketika masuk SD kelas 1 sudah harus belajar Alquran'' tuturnya.
Pengetahuan ilmu agamanya kian dalam ketika kuliah dan aktif di berbagai organisasi keagamaan di
Makassar dan Jawa.
Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini akhirnya memilih jalan dakwah. Dia mendirikan Yayasan
Al Fatih Kaaffah Nusantara. Melalui lembaga sosial dan pembinaan sumber daya manusia ini, Ustadz Fadlan begitu ia kerap disapa mengenalkan Islam kepada masyarakat Irian sampai ke pelosok. Dia pun mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada, mencarikan kesempatan anak-anak setempat mengenyam pendidikan di luar Irian.
== Curhat Ust.Fadlan ==
==
Dikisahkan oleh Ust.Fadlan bahwa orang-orang muslim di
Indonesia, masih terbersit opini bentukan penjajah bahwa di wilayah Indonesia
Timur, terutama
Papua, banyak penduduknya yang non muslim masih melekat. Hal itu pernah ia buktikan kala mengisahkan pengalamannya saat Ust.Fadlan masuk kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar di tahun 80'an. Dia pernah diusir oleh dosen agama Islam hanya karena berkulit hitam dan berambut keriting. Tapi sebelum keluar, dia sedikit protes dengan mengajukan empat pernyataan.
”Apakah agama Islam hanya untuk orang berkulit putih, Jawa,
Bugis atau untuk semua orang yang hidup di dunia? Siapa sahabat nabi Saw yang berkulit hitam dan berambut keriting namun merdu suaranya? Siapa saja yang ada dikelas ini yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar?” tandasnya.
Ditanya seperti itu, sang dosen hanya menanggapi pertanyaan yang ke-3 saja. Ternyata, dari 47 mahasiswa yang hadir, hanya tujuh orang yang bisa.
Salah satunya adalah orang yang berkulit hitam dan berambut keriting tersebut. Langsung saja Ustadz Fadlan mendapat kesempatan memberi nasehat kepada semua yang di kelas yang tadi mau mengusirnya.
Selama dua jam dia memberi nasehat, sehingga mata kuliah agama hari itu selesai.
Dosennya pun langsung menyatakan Ustadz Fadlan lulus dengan nilai A di hari pertama masuk kelas agamalah. Karena, selain puas dengan nasihat Ustadz Fadlan yang menyatakan jangan merasa bangga hanya karena beda warna kulit atau lainnya, Fadlan mampu membaca
Alqur’an (salah satu kemuliaan agama Islam) dengan baik dan benar.
Mulai Berdakwah
Lulus sebagai sarjana ekonomi, Fadlan tidak memilih untuk menjadi pegawai negeri atau pengusaha, tapi Da’i, penyeru agama Islam dan mengangkat harkat martabat orang Fak-fak, Asmat, dan orang Irian lainnya. Dia tidak setuju kalau orang-orang ini dibiarkan tidak berpendidikan, telanjang, mandi hanya tiga bulan sekali dengan lemak babi, dan tidur bersama babi. Semua penghinaan itu hanya karena alasan budaya dan pariwisata. ”Itu sama saja dengan pembunuhan hak asasi manusia” katanya.
Dia pun berjuang dan berdakwah untuk semua itu. Tempat yang pertama kali dikunjungi adalah lembah Waliem,
Wamena. Dengan konsep kebersihan sebagian dari iman, Fadlan mengajarkan mandi besar kepada salah satu kepala suku. Ternyata ajaran itu disambut positif oleh sang kepala suku. ”Baginya mandi dengan air, lalu pakai sabun, dan dibilas lagi dengan air sangat nyaman dan wangi,” jelasnya.
Selain itu juga ada beberapa orang yang tertarik dengan ibadah sholat.
Sambil mengingat masa itu, dia bercerita, ”Di Irian itu, babi banyak berkeliaran kayak mobil antri. Sehingga untuk mendirikan sholat harus mendirikan panggung dulu. Saat itu orang-orang langsung mengelilingi. Selesai sholat, kami ditanya mengapa mengangkat tangan, mengapa menyium bumi?”.
- published: 01 Jun 2015
- views: 63893