Experimental Jathilan Performance
MULTI-DIMENSION TRANCE-DANCE
Presented by Merapi Purba & Performance Klub
Supported by
Ring Of Performance,
FORM & 5FootWay
3
April 2016, 12
.30, Sarangan, Ngestirejo, Tanjungsari,
Gunung Kidul Regency,
Special Region of Yogyakarta
Cerita Jathilan
Jathilan, dalam bahasa Jawa, jan berarti ‘benar-benar’ dan thil-thilan berarti ‘banyak gerak’, tarian yang banyak gerak hingga kesurupan atau njathil, kesenian tari tertua di Jawa ini menyatukan unsur gerakan tari dan magis. Di saat penari bergerak mengikuti irama alat musik gamelan, saron, kendang, gong dan alunan suara sinden, terdapat pemain yang mengawasi pertunjukkan dengan memegang pecut. Pemain ini adalah yang terpenting, sebagai dukun pengendali roh halus yang ikut perform bersama tubuh-tubuh penari jathilan.
Para penari menggunakan kuda kepang dari anyaman bamboo yang menyerupai kuda, juga melakukan atraksi-atraksi seperti memakan silet, pecahan kaca, tanpa merasa sakit, juga dilecuti cambuk cemeti tanpa tergores.
Cerita dari mulut ke mulut dan bermacam versi lain, bahwa jathilan adalah kesenian yang mengisahkan perjuangan
Raden Patah dibantu
Sunan Kalijaga untuk melawan Belanda. Versi lain, menggambarkan kisah prajurit
Mataram mengadakan latihan perang (gladhen) di bawah pimpinan
Sultan Hamengku Buwono I, demi persiapan melawan kolonial Belanda. Masih di bumi Mataram, jathilan juga dikenang sebagai gambaran perjuangan era perang
Diponegoro melawan Belanda. Pada saat itu, jathilan sering dipentaskan di desa-desa kecil, sebagai hiburan rakyat dan sebagai media menyatukan rakyat dalam melawan penindasan. Ada pula jathilan dikaitkan dengan cerita Panji Asmarabangun, putra dari kerajaan Jenggala
Manik, dalam versi ini, penari mengenakan gelang tangan, gelang kaki, ikat lengan, kalung, menyengkelit keris, dan mahkota yang disebut ‘kupluk Panji’.
Jathilan klasik disebut ‘Jathilan Pung Jrol’, jathilan non klasik sering disebut jathilan kreasi baru. Keduanya terbedakan dalam modifikasi alat musik, yang kreasi baru ada tambahan drum dan alat-alat musik modern, maupun perbedaan details dalam kostum. Keduanya tetap dilakukan sebagai pertunjukkan ritual, dengan kontrol dukun dan sesajen setangkep pisang raja, jajanan pasar, tumpeng robyong dihiasi daun kol, bermacam bunga dan minuman (kopi, teh, air), kemenyan, hio, ingkung ayam bekakak, sego golong (nasi bullet) dan lain sebagainya. Jenis musik, kostum, sesajen, secara details tentu saja bisa berbeda di setiap daerahnya.
Seni Jathilan Eksperimental ‘Multi-dimention Trance-Dance’
Tradisi jathilan mampu menembus jaman dari masa ke masa, kesenian traditional eksperimental ini terlestarikan dengan baik di masyarakat. Untuk melestarikan jathilan di dalam masyarakat yang dinamis, perlu pengembangan dan men-dinamiskan-nya sesuai dialektika jaman. Kesenian ini juga lahir atas respons situasi, jaman kerajaan dan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Melihat kondisi
Indonesia yang super dinamis hari ini, memasuki era digitalisasi dan globalisasi di segala bidang, era yang sekaligus memunculkan efek positif dan negatif di semua bidang pula. Menarik untuk ber-eksperimen menampilkan jathilan dengan kostum berbeda, berupa kostum-kostum kehidupan kekinian, seperti kostum pejabat, bisnisman, pejuang, petani dll.
“ Tubuh-tubuh perform jathilan menari dengan bermacam kostum karier modern hari ini, menari terus-menerus hingga trans, roh-roh halus yang ikut menari, bagaimana efek diantara mereka menari bersama, saling berpapasan, saling tonton sambil menari, sama-sama membawa kuda yang hari ini banyak diganti dengan kendaraan bermesin. Juga kehidupan hari ini, banyak manusia-manusia sudah menjadi mesin, ter-alienasi dan lupa kesadaran hakiki sebagai makhluk hidup organik. Bagaikan masyarakat tradisi lama yang berubah menjadi masyarakat baru yang trans akan kehidupan modern yang membelenggunya “.
Diiringi musik jathilan dengan tambahan alat-alat musik modern, seperti gitar listrik, drum, dan sebagainya. Juga sinden melantunkan lagu-lagu yang berkaitan dengan tema besar jathilan kontemporer ini, maupun diselingi pidato-pidato, pembacaan puisi, syair, pesan-pesan dari penonton yang ingin ikut berbicara. Dengan suasana jathilan kontemporer yang tetap di bawah pengawasan sang dukun, untuk keselarasan roh-roh dan keamanan-kenyamanan para penari. Seluruh peristiwa performance jathilan trans multidimensi ini, akan di-shooting video dan streaming online dan ditampilkan khusus dalam satu acara seni di
Perth, Australia.
Notes : diharapkan kehadiran berbagai komunitas yang ingin ikut menari dengan kostum sendiri, ingin ikut bernyanyi bersama band pengiring jathilan, baca puisi, pidato sesuai situasi jaman, dan sebagainya sesuai acara yang sedang berlangsung.
(teks merapi Purba)
Video oleh Dwi Rahmanto
- published: 14 Apr 2016
- views: 0