Wow, Tiga Wanita Ini Dihargai Rp 1,5 Juta Untuk Sekali Main

• published: 21 Dec 2015
• views: 111

KABARHUKUM-Medan | Kasus perdagangan manusia (Human Traficking) kembali terungkap di Medan, Minggu (20/12/2015). Kali ini, seorang mucikari bernama Nurmawati Sitorus (35) warga Jalan Selamat, Gang Sudi No 10, Medan, dan tiga orang Wanita Tuna Susila (WTS) muda yang menjadi korbannya. Ketiganya berinisial RH (19) warga Jalan Darusalam, Medan, Elv (19) warga Jalan Gagak Hitam, Medan dan YP, (21) warga Dairi. Salah seorang diantaranya merupakan mahasiswi yang saat ini sedang menjalankan studinya di salah satu perguruan tinggi swasta di Medan. Perempuan-perempuan ini, dijual dengan tarif Rp 1,5 juta untuk waktu singkat (Short Time), tidak termasuk waktu panjang (Long Time). Geliat para WTS ini memang sangat menarik syahwat dan naluri kejantanan seorang pria, terlebih lagi pria berhidung belang. Namun apa daya, semua itu tidak akan terjadi jika jasa ketiganya tidak diperjualkan oleh N. Antara Nurmawati dan ketiga korban, mereka mengaku sudah saling mengenal baik selama satu tahun. Berawal dari pertemanan itulah ketiganya hendak berniat mencari nafkah dari dunia prostitusi itu. Nurmawati menjajakan ketiganya dengan cara bertransaksi dengan calon pemakai jasa lewat telepon genggam. Tetapi usaha N kali ini berhasil digagalkan oleh salah seorang personil kepolisian yang hendak memesan jasa itu. Lobi-lobi dan tawar-menawar pun terjadi. Di Karaoke Elegant yang berada di Jalan Gatot Subroto, Medan, Nurmawati dan ketiganya diamankan petugas Subdit IV Remaja Anak dan Wanita (Renakta) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sumut usai melakukan transaksi. "Aku dijebak sama polisi. Tadi malam ada tiga orang tamu minta dikenali sama cewek-cewek itu. Polisi yang mesan itu ngakunya namanya Thomas," aku Nurmawati. Saat, di Mapoldasu, ketiganya terlihat malu dan menutup wajahnya menggunakan selembar kertas koran. Ketiganya juga, tampak mengenakan baju yang berkesan seksi bak seorang WTS hendak menjajakan dirinya. Jika dilihat dari lagak yang ditampilkan wanita-wanita ini, sama sekali tak menunjukkan rasa penyesalan atas apa yang telah mereka perbuat. Namun, Kepolisian berharap agar ketiganya dapat bertaubat kembali ke jalan yang benar. Dengan membawa ketiganya ke panti pembinaan sosial, kepolisian berusaha sebisa mungkin untuk memperbaiki kondisi psikologis korban yang terlanjur rentan akibat terungkapnya kasus tersebut. Profesi yang mereka jalankan sudah hampir setahun lamanya. Mereka beroperasi dengan cara menunggu panggilan dari seorang penikmat jasa seks. Sementara itu, salah seorang WTS mengaku belum menerima hasil dari kerja. "Belum ada aku terima (uang). Katanya Rp1,2 juta yang dikasih. Enggak ada aku terima berapa pun," kata RH sembari menutup wajahnya dengan scarik kertas koran, di Mapoldasu, Jalan Sisingamangaraj Km 10,5 No 60, Medan, Senin (21/12/2015). Ditreskrimsus Polda Sumut melalui Kasubdit Penerangan Masyarakat, AKBP MP Nainggolan mengatakan, pihaknya telah mengungkap kasus perdagangan manusia pada Minggu (20/12/2015). Penangkapan itu bermula dari transaksi antara petugas dan Nurmawati melalu telepon genggam. Selain itu, kepolisian menetapkan ketiga WTS itu sebagai korban. "Tindak pidana melakukan perdagangan orang. Kalau kasus ini adalah hasil pengungkapan anggota Polri, kejadiannya kemarin, Minggu (20/12/2015). Ada tiga orang korbannya, atas nama DR, YO dan RH. Salah seorang diantaranya merupakan seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta di Medan. Modus operasi, menawarkan jasa pemuas seksual bagi pria hidung belang dengan tarif Rp 1,5 juta untuk Short Time," kata Nainggolan. Atas perbuatannya, Nurmawati dikenakan Pasal 2 Undang-undang 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia dan Pasal 296 KUH Pidana dengan hukuman masa kurung maksimal 15 Tahun penjara. Hingga kini, Kepolisian masih terus mendalami kasus ini, karena diduga masih ada korban lain dari kasus tersebut. Juga, agar mengantisipasi kejadian serupa yang akan menambah korban baru.(*) ____________________________________ Laporan foto, video dan tulis: Bolang