Video pidato soekarno yang menggetarkan di saat di konferensi asia afrika kaa
1955 dimana indonesia adalah sebagi tuan rumah sekaligus pemarkasa berdirinya
KAA ini
Serta liputan kaa
2015 terbaru pada masa era presiden
Jokowi. Video dahsyatnya pidato bung karno di KAA 1955 serta berita terbaru konferensi asia afrika KAA 2015 di bandung.
TEMPO.CO,
Jakarta - Di
Gedung Merdeka,
Bandung, selama 40 menit Presiden
Sukarno membakar semangat para peserta dari 29 negara di
Asia dan
Afrika. Tak kurang dari sepuluh kali tepuk tangan panjang memotong pidato proklamator
Republik Indonesia itu.
"
Dunia kita yang malang ini terpecah belah, dan ternyata rakyat dari semua negeri berada dalam ketakutan, kalau-kalau di luar kesalahan mereka, serigala-serigala peperangan akan lepas lagi dari rantainya," kata
Bung Karno dalam pembukaan Konferensi Asia-Afrika, Senin, 18
April 1955.
Bung Karno berpidato di hadapan para perwakilan dari 23 negara Asia dan enam negara Afrika, termasuk
Sudan dan
Gold Coast (sekarang
Ghana) yang kala itu belum merdeka penuh dari negara penjajahnya. Hadir pula dalam konferensi itu, perwakilan dari Aljazair,
Tunisia, dan
Maroko sebagai peserta peninjau.
Kebanyakan negara peserta KAA merdeka setelah Perang Dunia II berakhir. Mereka bersatu mengempaskan penjajahan. Negara-negara yang tak mengikuti Konferensi I pada 1955 pun ikut terguyur gerakan antikolonialisme yang ditiupkan dari Bandung.
Nigeria, antara lain, didukung peserta konferensi di forum internasional, sehingga mencapai kemerdekaan pada 1 Oktober
1960 dari penjajahan Prancis.
Konferensi juga membela Aljazair, Tunisia, serta Maroko, yang dalam salah satu butir keputusan pentingnya menyerukan kemerdekaan ketiganya dari penjajahan Prancis. Bung Karno secara konsisten mendesak
PBB turun tangan menyelesaikan konflik Aljazair yang disebabkan oleh kolonialisme Prancis.
"Sudah jelas sekali bahwa rakyat Aljazair menghendaki kemerdekaan. Hal itu tidak dapat dibantah lagi,” tuturnya dalam Sidang Umum PBB XV pada
30 September 1960. Dia mengusulkan PBB menggelar jajak pendapat untuk mengetahui keinginan merdeka rakyat Aljazair.
Tahun itu pula, Prancis dan Inggris mulai melepaskan koloni mereka.
Di Aljazair, pemimpin pergerakan menggemakan Dasasila Bandung, yang berisi hak tiap negara untuk berdaulat. ”
Hari kemerdekaan Aljazair ada dua. Pada
1 November, hari nasional kami, dan KAA 1955,” kata Menteri Luar Negeri Aljazair (1991-1993)
Lakhdar Brahimi kepada
Tempo,
April 2005.
Enam puluh tahun berlalu.
Mulai 19 hingga 26
April 2015,
Indonesia kembali jadi tuan rumah, kali ini untuk nostalgia, peringatan Konferensi Asia-Afrika.
Dari 109 negara yang diundang, 57 memastikan datang. Ada empat acara utama dalam perhelatan itu, antara lain Konferensi
Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada 22-23 April 2015.
Puncak peringatan akan diadakan di Bandung pada 24 April 2015.
TRIBUNNEWS.
COM, JAKARTA – Ketua Umum Aliansi Nasionalis Indonesia (Anindo),
Edwin Henawan Soekowati, mensinyalir Panitia Pusat Peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) cenderung mengaburkan sejarah dari semangat Dasasila Bandung.
“Hal ini dapat dilihat karena ada duahal yang terjadi, yaitu panitia secara terorganisir, terstruktur dan massif memasang foto, poster dan baliho
Nelson Mandela. Padahal Nelson Mandela bukan peserta KAA tahun 1955 di Bandung,” kata Edwin kepada wartawan di Jakarta, Senin (20/4/2015).
Kemudian, lanjut anggota mantan anggota
DPR/
MPR RI dari Fraksi Partai
Demokrasi Indonesia (F-PDI) periode
1987 –
1992 ini, tema yang diangkat dalam peringatan 60 Tahun KAA adalah, “Selatan-Selatan”.
“Padahal sebagaimana kita ketahui spirit Dasasila Bandung adalah penggalangan dan solidaritas negara-negara Asia-Afrika dalam upaya melawan neo-kolonialisme-neo imperialisme.
Bukan semangat kompromistis untuk menarik minat negara donor,” tandas pria yang pernah menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (
KPU) tahun
1999 ini.
Dengan demikian, tandas Edwin, dapat dipastikan peringatan dan penyelenggaraan
KTT Asia-Afrika kali ini tidak lagi berlandaskan sejarah, visi-misi Dasasila Bandung.
Melainkan memilih caranyanya sendiri, yakni SemangatBaru Asia-Afrika dengan mengusung tema “Selatan-Selatan” yang merupakan isupolitik dari kelompok tertentu sebagaimana dilontarkan Yulius
Nyerere dari
Tanzania beberapa waktu lampau.
Isu ini jelas bertentangan dengan semangat
Trisakti dan Nawacita yang dicanangkan Pemerintah Jokowi-JK yang berlandaskan kepada Trisakti Bung Karno.
Jakarta,
CNN Indonesia -- Kepolisian Daerah Polda
Metro Jaya menginstruksikan personel mereka untuk berjaga di sejumlah gedung tinggi dan jembatan penyebrangan orang (
JPO) yang berada di kawasan penyelenggaraan
Konferensi Asia Afrika. Tak hanya aparat kepolisian, anggota
TNI juga dilibatkan dalam operasi ini.
Kepala Kepolisian Resor
Jakarta Pusat Komisaris Besar Hendro Pandowo mengatakan, titik-titik operasi dilakukan pada setidaknya 15 JPO dan 13 gedung tinggi. Tempat-tempat tersebut berada dari kawasa
- published: 20 Apr 2015
- views: 307784