“
Bukan Dari Ibukota
Movement” adalah ruang karib yang menyatukan serta mendukung local movement dengan berbagi cerita dan kreativitas.
Kali ini
Alchemist Ltd, clothing
Iine dari
Acheh -
Sumatra mengajak
BNA Skateboarding untuk berbagi “rahasia bahagia” menjadi skater di
Kota Madani.
Empat orang anggota komunitas ini menuturkan kepada Alchemist Ltd tentang apa yang mereka rasa dan apa yang mereka inginkan, mengenai olahraga ini dengan cara yang tidak muluk-muluk. Karena menjadi skater di kota ini memang ‘terlalu berisiko’.
Sejak tahun 2000an, olahraga dengan mengandalkan papan dan roda ini mulai dibawa ke
Banda Aceh dan aktif di tahun
2002 hingga kini.
Secara rasa, skateboard tidak begitu saja cocok dengan siapa yang mencoba. Hal ini yang dirasakan Kerol Amny, dia memilih olahraga ini karena bisa dimainkan di manapun. Menarik dan banyak trik, begitu kata pria yang kerap disapa Ucok ini.
13 tahun berurusan dengan papan beroda ini, pada akhirnya Alchemist Ltd berjodoh untuk menggaet BNA Skateboarding dalam rangka mendukung kreasi kreasi positif anak
Aceh. Seperti dikatakan Dickyocoz salah seorang skater, dia sangat mengapresiasi hal ini.
Bentuk apresiasi juga disampaikan kepada Pemerintah Kota Banda Aceh. Secara pribadi, Yudy Audia yang juga seorang skater mengatakan hal-hal positif dalam skateboarding ini salah satunya untuk menghindari diri dari hal negatif seperti narkoba.
Mengapa begitu? Yudy angkat bicara soal hal ini. Bicara soal skateboard, berarti kita berbicara soal sarana dan prasarana.
Papan dan wheels (roda) adalah kunci.
Satu lagi yang penting, tempat layak untuk bermain.
Meskipun begitu tetap saja, there is no such a perfect things in this
World. Ditanya soal kenyamanan bermain di kota ini,
Amar dan Ben Ardiansyah punya jawaban nyaris serupa. Masalah kelayakan skatepark dan fasilitas yang tidak mumpuni adalah alasannya.
Namun, tetap saja Pemerintah Kota Banda Aceh sudah melakukan yang harus dilakukan untuk mendukung niat positif kegiatan komunitas di Banda Aceh. Khususnya untuk skateboard, Dickyyocoz menuturkan sudah dua kali pemko membuat skatepark. “Yaa
..dua-duanya gagal,” ujarnya tersenyum.
Dalam senyumnya tersirat bahwa skatepark harusnya tidak asal jadi dan butuh komunikasi antara pemegang kebijakan dengan komunitas terkait.
Sebagai contoh, Skatepark Taman Ulee Lheu jika dilihat dari segi keamanan sangat kurang layak dan tidak sesuai standar seharusnya. Meskipun begitu, hal ini bukan penghalang bagi komunitas ini untuk membawa nama Aceh ke ajang nasional.
Salah satunya yang pernah diraih
Dicky ketika mengikuti kompetisi di
Bandung.
Untuk menempuh belasan tahun bahkan puluhan tahun selanjutnya, tentu saja BNA Skateboarding punya harapan.
Harapan harapan ini semoga saja tidak hanya didengar tapi diwujudkan oleh pihak Pemko.
Permintaan juga tak muluk-muluk, semoga kota ini punya taman yang skate-able (layak digunakan untuk bermain skateboard). Tak mesti mewah seperti di luar negeri, asalkan aman nyaman dan bisa digunakan jangka panjang.
Ditutup dengan tanggapan seorang masyarakat bernama Fahrial yakni anak skate tidak pernah mengganggu apalagi merusak fasilitas umum. Seperti yang disebutkan sebelumnya, olahraga ini dapat dimainkan di manapun asalkan medan tersebut layak dan aman.
Untuk itu, perlu rasanya ada skatepark layak yang nantinya juga bisa dimanfaatkan oleh komunitas lain.
A smooth sea never made a skilled sailor, right?Tetaplah berseluncur para skaters! (Tertulis oleh
Pure Madness) .
- published: 26 Sep 2015
- views: 864