Grand Mufti Tunisia, Syekh Hamda Sa'id
Sambutan
Grand Mufti Tunisia, Syekh Hamda Sa’id
Tunisia – (19/04/
2015) Pada hari Kamis (16/04) suasana
Seminar Transaksi Keuangan Syariah, salah satu dari rangkaian acara Pagelaran Seni, Budaya dan Olahraga yang diadakan pihak rektorat Universitas Al-Azhar tampak serius, bukan hanya karena butuh konsentrasi penuh dalam seminar yang diperuntukkan bagi mahasiswa pascasarjana tersebut, melainkan lebih dari itu, para peserta dan pengisi acara di dalam ruangan Ibnu
Khaldun semuanya mendengarkan sambutan Syekh Hamda Sa’id selaku Grand Mufti Tunisia dengan fokus dan seksama.
Berikut video rekaman yang berhasil kami abadikan dalam sambutan tersebut, dan di bawah ini beberapa kalimat dalam sambutan Grand Mufti Tunisia, Syekh Hamda Sa’id yang sudah kami terjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia:
Berjumpa dengan kalian semua mengingatkan saya pada masa-masa menjadi pelajar seperti kalian. Sebab hubungan pribadiku yang sangat kental dan erat kaitannya dengan kampus ini. Sebagaimana yang sering saya sampaikan di beberapa kesempatan acara bahwa kecintaanku kepada Universitas Zaitouna sudah mendarah daging.
Selama saya hidup dalam menuntut ilmu, khususnya tatkala saya belajar selama 4 tahun kepada Syekh
Muhammad Fadhil ibnu ‘Asyur (sambil melihat photo beliau yang dipajang di ruang Ibnu Khaldun), sampai saat ini saya melihat sosok beliau sebagai panutan dalam hal keilmuannya, baik bagi orang-orang Tunisia ataupun orang-orang selain Tunisia.
Saya selalu berharap memohon kepada
Allah Swt. agar senantiasa menghangatkan Zaitouna dengan alumni-alumninya yang seperti beliau para ulama Zaitouna. Ada seorang penyair arab berkata, “Mereka adalah ayah kita, maka berikanlah orang-orang seperti mereka
...”. Ketika kita mengingat kembali sebuah kisah seorang ulama bernama
Ahmad bin Milad, yang apabila kita memandang wajah beliau, maka bak wajah penghuni surga. Beliau pernah mendatangi sebuah daerah di
Syria, pada saat Khadir bin Husein menjadi pengajar di sana. Ketika beliau bertemu dengan Khadir bin Husein, beliau meminta agar dipertemukan dengan para alim ulama Suriah, agar bisa berbincang-bincang dan bertukar pendapat.
Maka beliau, Syekh Khadir ibnu Husein berkata, “
Jika kau ingin bertemu dengan orang seperti beliau, Syekh Muhammad Thahir ibnu ‘Asyur dan Syekh ibnu Najjar, maka anda tidak akan pernah menemukannya di Suriah ataupun di luar Suriah. Ketika Syekh Khadir pindah ke Mesir dan menjadi guru besar di Universitas
Al Azhar, beliau selalu memotivasi murid-muridnya seperti halnya yang dipesankan dan dilakukan ulama-ulama Zaitouna bahwa satu hal yang harus kalian perhatikan selain berbagai macam keilmuan yang kalian dapati dan ditekuni, yaitu sebisa mungkin kalian harus bisa menguasai berbagai macam bahasa, sehingga kalian bisa menimba ilmu dan berdakwah kapanpun dan dimanapun. Khususnya kalian harus bisa menguasai bahasa Inggris dan Prancis seperti halnya bahasa
Arab.
Pada dasarnya saya berterima kasih kepada rektor, dekan dan dosen-dosen yang telah membawa Universitas Zaitouna ini dalam perkembangannya yang sangat pesat dalam berbagai bidang ilmu, khususnya fikih, akidah, ushul fikih, maqasid syari’ah, dll. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ustadz Ahmad
Baqi’, beliau duduk berjam-jam hanya untuk mengumpulkan daftar kitab sesuai ilmu kejuruannya sehingga kita mudah dan mengerti untuk mencari referensi kitab manapun ketika melakukan penelitian pada bidang keilmuan.
Saya wasiatkan kepada kalian, bahwa tak ada hal yang paling mengenakkan kecuali membaca kitab. Saya pribadi pernah membeli kitab berjudul Muqaddimah
Fathul Bari, dari saking senang dan cintanya membaca kitab, sampai sampai saya membawanya tidur berada atas bantal. [] (Rep. Iam & Zulfa / Ed. Irhamni)