Memang benar adanya, bila urat malu sudah putus, maka manusia bisa lebih hina dari binatang. Farhat Abbas membuktikan ungkapan itu dengan jujur, bila manusia normal menganggap aib adalah hal yang sangat memalukan, dan harus di hindari agar tidak terulang, bagi Farhat justru sebaliknya. Farhat dengan bangga dan pongah, merilis lagu yang menggambarkan perjalanannya menyakiti wanita serta keturunannya, alih-alih merasa bersalah dan insaf, Farhat justru semakin menjadi-jadi dan ingin seantero NKRI tahu, betapa bejat dan nistanya kelakuan dia sebagai calon Anggota DPR-RI di pemilu 2014. Farhat mungkin merasa lahir dari rahim sebongkah batu, jadi tak ada rasa hormat pada kaum ibu yang telah menjadi korban keganasannya hingga beranak pinak. Tak tanggung-tanggung, justru Abbas Said, sang ayah yang menjadi komisioner di Komisi Yudisial yang harusnya berwibawa, sangat bangga dan menyanjung tingkah polah Farhat. "Buktinya, tidak ada advokat setenar Farhat dengan umur yang masih muda," puji Abbas Said. Bagi Abbas Said, terkenal karena KEBUSUKAN, tetaplah sebuah kebanggaan, luar biasa pujian sang Ayah, wajar bila Farhat pun semakin menjadi dengan hal-hal BUSUK karena sebagai buah, Farhat tentu jatuh tak jauh dari pohonnya. Lagu yang menjadi kebanggan Farhat menjelang pemilu ini, seakan menantang akal sehat rakyat di NKRI tercinta, karena Farhat tak hanya ingin menunjukkan jati dirinya saja sebagai caleg, tapi Farhat ingin pula memamerkan, seperti apa penghuni partai pengusungnya, yaitu Partai Demokrat. Vokalis lagu ini dipercayakan pada Regina Andriane Saputri (Egi), yang pada tahun 2010 heboh karena digerebek Polisi sedang "nyabu" bareng Hendra Samuel Simorangkir alias Sammy "Kerispatih" di Pedurenan, Setiabudi, Jakarta Selatan. Walau Egi jadi tersangka, tapi tak tersentuh hukum karena posisinya sebagai wakil sekretaris Partai Demokrat Bogor, PD tak ingin kehilangan muka karena fungsionarisnya ada yang nyambi sebagai pelacur. Dengan rilis lagu ini, Farhat juga ingin rakyat NKRI semakin mengenal bobrok dan borok yang bercokol di wajah-wajah penghuni Partai Demokrat, Ilal Ferhard yang juga salah satu dari 99 penandatangan berdirinya Partai Demokrat, adalah pasangan kumpul kebo Egi, hal ini pernah dilaporkan oleh istrinya yang sah, Vera Febyanthy pengusaha dan pendiri Partai Demokrat Vence Rumangkang. Tahun 2009, Ilal Ferhard terlibat kasus pemerasan Dirut Bank DKI dan kasus upah pungut pajak daerah. Posisinya sebagai salah satu pendiri Partai Demokrat, membuatnya dengan mudah lolos hukum. Sedang Vera Febyanthy terlilit kasus Dana Bantuan Bencana Cianjur. Sebagai Wakil Sekretaris Dewan Kehormatan PD ternyata kini Ilal Ferhard lebih banyak menghabiskan waktunya untuk jadi centeng Farhat & Egi, yang setia mengawal dua makhluk ini bikin sensasi. Dengan rekam jejak bejat penghuninya, kita bisa simpulkan kualitas Partai Demokrat, tak heran bila kasus-kasus besar akhirnya terungkap setelah banyak yang gerah dengan bobrok para punggawanya. Beberapa Kasus Korupsi yang melibatkan Politisi Partai Demokrat: Kasus batu bara PLN yang melibatkan Daniel (suami Joy Tobing Idol) dan Nazaruddin. Kasus Bank Century, Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Hambalang (Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh), pengadaan solar home system (Sutan Bhatoegana), suap Bupati Buol (Siti Hartati Murdaya), Dispenda gate (Agusrin Najamudin), penyimpangan APBD (Sukawi Sutarip). Walikota Bukit Tinggi Djufri. Terjerat kasus pengadaan tanah untuk pembangunan kantor DPRD dan pool kendaraan sub dinas kebersihan serta pertamanan kota Bukit Tinggi. Wakil Bupati Tanah Toraja Andrias Palino Popang asal Partai Demokrat juga terseret kasus korupsi APBD Tanah Toraja 2003-2004 senilai Rp1,9 miliar. Satono, Bupati Lampung Timur terlilit kasus dugaan penyimpangan dana APBD periode 2005-2008. As'ad Syam, anggota DPR periode 2009-2014 Daerah Pemilihan (Dapil) Jambi. Ia tersangkut perkara korupsi pembangunan pembangkit listrik tenaga diesel Sungai Bahar senilai Rp 4,5 miliar saat menjabat Bupati Muaro Jambi. Yusran Aspar, anggota DPR periode 2009-2014 Dapil Kaltim. Ia tersandung korupsi biaya pembebasan tanah kompleks perumahan PNS senilai Rp 6,3 miliar semasa menjabat Bupati Panajam Pser Utara, Kalimantan Timur, periode 2003-2008. Sarjan Tahir, anggota DPR periode 2004-2009. Ia terlibat dalam perkara suap alih fungsi hutan mangrove untuk Pelabuhan Tanjung Api-api. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi memvonisnya 4,5 tahun penjara. Ismunarso, Bupati Sitobondo, Jawa Timur, periode 2005-2010 tersabdung korupsi APBD Kabupaten Situbondo 2005-2007 senilai Rp 43 miliar. Amrun Daulay, anggota DPR periode 2009-2014 Dapil Sumut II. Ia menjadi tersangka dugaan korupsi dalam pengadaan mesin jahit dan sapi impor senilai Rp 25 miliar saat menjabat Dirjen Bantuan Jaminan Sosial dan Departemen Sosial. Gerombolan ini sudah tak punya urat malu, hujatan adalah angin lalu. Segala cara paling kotor pun dilakukan untuk uang, kekuasaan dan kenikmatan.

• published: 12 Dec 2013
• views: 253