Cast : Dion Wiyoko, Sylvia Fully ; Dilla Dill, Yurike Prastika, Sofyan Dado "Lyla-Dengan Hati", sound recording administered by: 76:48 Believe Sinopsis : Nila si tukang perabot, woro-woro ke semua orang di komplek, kalau khusus hari ini dia bakalan ngasih potongan harga sebesar 50 persen, syaratnya hanya dengan menukarkan panci lama, langsung dapat panci baru. Mendengar itu, banyak ibu-ibu menyerbu Nila, termasuk Minah, pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Diaz. Si Minah, pembantu Diaz yang centilnya kebangetan itu, ikutan tergiur untuk membeli panci baru. Soalnya, panci di rumah majikannya itu udah jelek banget, tapi tetap aja masih dipake. Minah berinisiatif untuk menukarnya dengan yang baru. Gerobak Nila banyak dikerubuti pembeli, sampai-sampai menghalangi jalan. Diaz yang mau masuk ke rumahnya jadi ngomel-ngomel nyuruh Nila minggir, Nila keki ke Diaz yang sombongnya kebangetan. Untung lagi rame pembeli, Nila jadi ngga gitu bete banget, dagangannya laris manis. Minah aja udah nuker panci bututnya dengan yang baru. Pulang-pulang, Diaz kelimpungan nyari panci bututnya. Panci yang dulu sering Diaz dan Amira, mendiang tunangannya, pakai untuk masak bersama. Panci itu juga yang selalu menghibur Diaz kalau lagi kangen banget sama Amira. Minah kaget melihat dapur berantakan, dia kira ada pencuri masuk, taunya Diaz yang ngacak-ngacak dapur. Diaz tanya Minah tentang keberadaan pancinya dan dengan bangganya Minah mamerkan panci barunya. Kata dia panci butut itu sudah ditukarnya dengan yang baru. Diaz teriak geram menyebut nama Minah. Minah hanya tutup kuping sambil agak latah. Minah hanya bisa tertunduk lesu dimarahi Diaz, dia benar-benar nggak ngeh kalau panci itu sangat berarti buat majikannya itu. Diaz minta Minah untuk diantar sekarang juga ke rumah penjual panci itu. Minah mengantar Diaz ke rumah Nila. Datang-datang ke rumah Nila, Diaz langsung marah-marah nyuruh Nila balikin panci bututnya. Berapapun harga yang Nila minta, Diaz pasti bayar, yang penting pancinya kembali. Nila yang bete sama Diaz, ngga mau ngasih pancinya. Tapi ngeliat Diaz berlutut dihadapannya, Nila jadi ngga tega, apalagi matanya kelihatan berkaca-kaca gitu ngarep pancinya dibalikin. Dengan nada jutek, Nila mau balikin pancinya, asal Diaz mau ngikutin syarat yang diajukannya. Diaz setuju apapun syaratnya. Nila minta, mulai besok hingga 7 hari kedepan, Diaz jadi asistennya jualan panci. Diaz shock, karena dia nggak pernah melakukan ini sebelumnya, tapi terpaksa dia setuju demi pancinya kembali. Hari pertama Diaz menjadi asisten Nila, Nila dicegat seorang cowok berpenampilan kaya perampok, jaket hitam, kacamata dan topi. Rupanya itu Diaz, dia terlalu malu kelihatan orang-orang kalau dia jadi penjual panci keliling. Dengan syarat dilarang berjualan seputar komplek Diaz, akhirnya mereka memulai menjajakan panci keluar masuk kampung. Ngeliat dandan Diaz yang seperti itu, mana ada yang tertarik dengan dagangannya. Mana suara woro-woro Diaz kecil banget, ngga akan ada yang dengerlah. Nila yang kesal dengan ulah Diaz, membuka paksa topinya dan melepas kacamatanya. Diaz sebel dan marah-marah ke Nila, mereka akhirnya berantem dan Nila mengancam nggak akan mengembalikan pancinya. Nila pergi meninggalkan Diaz bersama motornya. Diaz merasa egois banget, berkorban untuk mendapatkan pancinya kembali aja masih mentingin gengsi, Diaz bertekad besok dia bakalan berubah. Besoknya, Diaz udah datang ke rumah Nila dan akrab mengobrol sama ibunya Nila. Kali ini bajunya biasa aja, kaos oblong dan jeans. Nila yang masih sebel, cuek aja dengan kedatangan Diaz. Malahan setelah pamit sama Ibunya, Nila langsung pergi aja tanpa mempedulikan Diaz. Tapi Diaz berinisiatif langsung naik ke motor Nila, meski udah diusir-usir Diaz keukeuh mau ikut Nila jualan. Seperti ingin menebus rasa bersalahnya, Diaz hari ini lebih bersemangat dibanding hari biasanya. Ibu-ibu juga banyak yang menghampiri mereka, bukan karena pancinya banget, tapi Diaz yang ganteng, malahan ada yang rela beli beberapa panci demi dapat foto bareng. Hari ini, Nila kebanjiran rezeki, dagangannya ludes. Semakin hari, Diaz dan Nila makin akrab. Ternyata Diaz adalah marketing yang baik, buktinya setiap hari dagangan mereka selalu habis. Hingga suatu hari, suasana mendadak panas saat Nila menyinggung soal panci butut milik Diaz. Tiba-tiba saja, Diaz jadi sensitif dan mellow. Nila jadi merasa bersalah, terlebih saat tahu kalau panci itu memiliki arti tersendiri buat Diaz. Nila berjanji, tepat dihari ke 7 dia pasti bakalan balikin pancinya. Akankah Nila menepati janjinya itu?

• published: 19 Sep 2013
• views: 1131